Data Verbal
Raden Werkudara atau Bima merupakan putra kedua dari Dewi Kunti dan Prabu Pandudewanata. Tetapi ia sesungguhnya adalah putra Batara Bayu dan Dewi Kunti sebab Prabu Pandu tidak dapat menghasilkan keturunan. Ini merupakan kutukan dari Begawan Kimindama.Namun akibat Aji Adityaredhaya yang dimiliki oleh Dewi Kunti, pasangan tersebut dapat memiliki keturunan.
Karena Bima adalah putra Batara Bayu, maka ia memiliki kesaktian untuk menguasai angin. Werkudara memiliki saudara Tunggal Bayu yaitu, Anoman, Gunung Maenaka, Garuda Mahambira, Ular Naga Kuwara,Liman/ Gajah Setubanda, Kapiwara, Yaksendra Yayahwreka, dan Pulasiya yang menunggal dalam tubuh Anoman sesaat sebelum perang Alengka terjadi (zaman Ramayana).
Karena Bima adalah putra Batara Bayu, maka ia memiliki kesaktian untuk menguasai angin. Werkudara memiliki saudara Tunggal Bayu yaitu, Anoman, Gunung Maenaka, Garuda Mahambira, Ular Naga Kuwara,Liman/ Gajah Setubanda, Kapiwara, Yaksendra Yayahwreka, dan Pulasiya yang menunggal dalam tubuh Anoman sesaat sebelum perang Alengka terjadi (zaman Ramayana).
Werkudara yang bertubuh besar ini memiliki perwatakan berani, tegas, berpendirian kuat, teguh iman. Selama hidupnya Werkudara tidak pernah berbicara halus kepada siapapun termasuk kepada orang tua, dewa, dan gurunya, kecuali kepada Dewa Ruci, dewanya yang sejati, ia berbicara halus dan mau menyembah.
Selama hidupnya Werkudara berguru pada Resi Drona untuk olah batin dan keprajuritan, Begawan Krepa, dan Prabu Baladewa untuk ketangkasan menggunakan gada. Dalam berguru Werkudara selalu menjadi saingan utama bagi saudara sepupunya yang juga sulung dari Kurawa yaitu Duryudana.
Kata bhīma dalam bahasa Sanskerta artinya kurang lebih adalah "mengerikan". Sedangkan nama lain Bima yaitu Wrekodara, dalam bahasa Sanskerta dieja vṛ(ri)kodara, artinya ialah "perut serigala", dan merujuk ke kegemarannya makan. Nama julukan yang lain adalah Bhimasena yang berarti panglima perang.
Bima memiliki sifat gagah berani, teguh, kuat, tabah, patuh dan jujur, serta menganggap semua orang sama derajatnya, sehingga dia digambarkan tidak pernah menggunakan bahasa halus (krama inggil) atau pun duduk di depan lawan bicaranya. Bima melakukan kedua hal ini (bicara dengan bahasa krama inggil dan duduk) hanya ketika menjadi seorang resi dalam lakon Bima Suci, dan ketika dia bertemu dengan Dewa Ruci.Ia memiliki keistimewaan dan ahli bermain gada, serta memiliki berbagai macam senjata, antara lain: Kuku Pancakenaka, Gada Rujakpala, Alugara, Bargawa (kapak besar) dan Bargawasta. Sedangkan jenis ajian yang dimilikinya antara lain: Aji Bandungbandawasa, Aji Ketuglindhu, Aji Bayubraja dan Aji Blabak Pangantol-antol.
Bima juga memiliki pakaian yang melambangkan kebesaran, yaitu: Gelung Pudaksategal, Pupuk Jarot Asem, Sumping Surengpati, Kelatbahu Candrakirana, ikat pinggang Nagabanda dan Celana Cinde Udaraga. Sedangkan beberapa anugerah Dewata yang diterimanya antara lain: Kampuh atau Kain Poleng Bintuluaji, Gelang Candrakirana, Kalung Nagasasra, Sumping Surengpati dan Pupuk Pudak Jarot Asem.
Bima atau dalam cerita pewayangan lebih dikenal dengan Werkudara adalah putra kedua dewi Kunti dan Pandu. Bhima dalam bahas sansekerta berarti “mengerikan”, dan dia merupakan putera dari Dewa Bayu, dan ia mendapat julukan Bayusutha. Bima memiliki ciri fisik, lengannya panjang, tubuhnya tinggi, sangat kuat, dan memiliki wajah paling sangar diantara para pandawa, namun dia memiliki hati yang baik.Bima memiliki senjata yang bernama gada Rujakpala.
Bima memiliki putra dari ras rakshasa bermana Gatotkaca, yang gugur dalam pertempuran akbar di Kurukshetra. Putera Bima yang lain adalah Antareja dan Antasena.
Sama-sama dikenal sebagai putera Dewi Kunti, khusus untuk Bima alias Werkudara ini mempunyai beberapa “kelebihan”, selain memang badannya paling besar, suaranya paling “menakutkan” tidak terlalu keras tetapi dalam .. coba saja denger dipentas wayang orang atau wayang kulit kalau nggak percaya, kemudian kukunya paling panjang dan pasti berkumis [lucu kalau Werkudara klimis].
Berayah Pandu yang resmi secara akte dan tidak resminya Batara Bayu, Bima ini dikenal sebagai wayang yang berkata apa adanya tidak pakai tata krama dan tata bahasa kepada siapapun tetapi sangat mencintai Ibu dan saudara-saudaranya dan tidak memandang suku dan ras sebagai suatu perbedaan yang harus dipermasalahkan dalam kehidupan ini karena itulah yang diciptakan oleh sang Maha Pencipta.
Bukti dari kecintaan Bima terhadap saudaranya saat kisah Bale Sigala-gala, Bima dengan kekuatan tubuhnya melindungi Ibu serta saudaranya dari amukan api menerobos terowongan yang sudah dipersiapkan sebelumnya dan bukti dari Bima itu tidak memandang suku dan ras bisa dilihat dari istri nya yang secara tersurat berupa ras Raksasa [Dewi Arimbi], ras Ular [Dewi Nogogini] dan ras ikan/udang [Dewi Urang Ayu], maksud tersiratnya Bima memang tidak membedakan itu semua sebagai sesuatu yang menjadi halangan dalam kehidupan.
Seperti sifat Bayu yang kadang bertiup lembut, sepoi-sepoi melenakan dan kadang menderu menjadi topan yang menghancurkan, memusnahkan, seperti itu juga sifat dan karakter Bima ... lembut walau berbadan besar, sayang pada saudara, patuh pada ibunya dan menghormati kakaknya tetapi sangat garang ketika membunuh Dursasana dan berperang tanding dengan Duryudana dalam Baratayuda atau saat membunuh Patih Kicaka dari Negara Wirata yang akan mengganggu Dewi Drupadi, semua hancur tanpa ampun.
Peran Bima dalam keluarga Pandawa tidaklah sepopuler Arjuna, adiknya, atau Yudistira, sang kakak, karena memang secara fungsi perannya sebagai penjaga keutuhan dari segala yang ingin menghancurkan Pandawa dan kerabatnya, Bima merupakan sosok yang mengerti fungsinya secara utuh, sadar dan melakukan itu semua dengan sungguh-sungguh walau terkesan agak cuek dengan urusan orang lain tetapi kalau diminta bantuan biasanya dilakukan tanpa bertanya apa untungnya buat dia pribadi.
Pengorbanan paling besar saat anak kesayangannya Gatotkaca [hanya ini versi resmi yang tercantum dalam silsilah anaknya Bima, yang lain itu versi Jawa] diminta menghadapi Adipati Karna untuk melumpuhkan Senjata Kunta dengan mengorbankan nyawa, itupun direlakan tanpa tanya kenapa?, Bima tahu hanya nyawa anaknyalah yang akan menyelamatkan nyawa Arjuna saat nanti berhadapan dengan Karna, disini Bima diuji antara pilihan kecintaan terhadap adik dan kecintaan terhadap putra tersayang dengan tujuan utama Baratayuda yaitu memenangkan peperangan secara total.
Bima merupakan karakter wayang yang sangat unik, rela ikut menderita karena kekalahan kakaknya bermain judi, rela mengorbankan sang putra demi adik dan tujuan bersama, tidak memandang orang dari perbedaan tetapi melihat itu sebagai keindahan dan tidak menonjolkan diri dalam fungsinya dikeluarga sebagai anak kedua tetapi menyediakan diri sebagai pelindung semua, berani mengatakan "Yang benar dan Yang salah" secara blak-blakan, masih adakah sifat seperti Bima didalam diri pemimpin negara kita? .. berkata sebenarnya walau itu kadang menyakitkan bagi pendengarnya dan mungkin bagi dirinya sendiri.
Berayah Pandu yang resmi secara akte dan tidak resminya Batara Bayu, Bima ini dikenal sebagai wayang yang berkata apa adanya tidak pakai tata krama dan tata bahasa kepada siapapun tetapi sangat mencintai Ibu dan saudara-saudaranya dan tidak memandang suku dan ras sebagai suatu perbedaan yang harus dipermasalahkan dalam kehidupan ini karena itulah yang diciptakan oleh sang Maha Pencipta.
Bukti dari kecintaan Bima terhadap saudaranya saat kisah Bale Sigala-gala, Bima dengan kekuatan tubuhnya melindungi Ibu serta saudaranya dari amukan api menerobos terowongan yang sudah dipersiapkan sebelumnya dan bukti dari Bima itu tidak memandang suku dan ras bisa dilihat dari istri nya yang secara tersurat berupa ras Raksasa [Dewi Arimbi], ras Ular [Dewi Nogogini] dan ras ikan/udang [Dewi Urang Ayu], maksud tersiratnya Bima memang tidak membedakan itu semua sebagai sesuatu yang menjadi halangan dalam kehidupan.
Seperti sifat Bayu yang kadang bertiup lembut, sepoi-sepoi melenakan dan kadang menderu menjadi topan yang menghancurkan, memusnahkan, seperti itu juga sifat dan karakter Bima ... lembut walau berbadan besar, sayang pada saudara, patuh pada ibunya dan menghormati kakaknya tetapi sangat garang ketika membunuh Dursasana dan berperang tanding dengan Duryudana dalam Baratayuda atau saat membunuh Patih Kicaka dari Negara Wirata yang akan mengganggu Dewi Drupadi, semua hancur tanpa ampun.
Peran Bima dalam keluarga Pandawa tidaklah sepopuler Arjuna, adiknya, atau Yudistira, sang kakak, karena memang secara fungsi perannya sebagai penjaga keutuhan dari segala yang ingin menghancurkan Pandawa dan kerabatnya, Bima merupakan sosok yang mengerti fungsinya secara utuh, sadar dan melakukan itu semua dengan sungguh-sungguh walau terkesan agak cuek dengan urusan orang lain tetapi kalau diminta bantuan biasanya dilakukan tanpa bertanya apa untungnya buat dia pribadi.
Pengorbanan paling besar saat anak kesayangannya Gatotkaca [hanya ini versi resmi yang tercantum dalam silsilah anaknya Bima, yang lain itu versi Jawa] diminta menghadapi Adipati Karna untuk melumpuhkan Senjata Kunta dengan mengorbankan nyawa, itupun direlakan tanpa tanya kenapa?, Bima tahu hanya nyawa anaknyalah yang akan menyelamatkan nyawa Arjuna saat nanti berhadapan dengan Karna, disini Bima diuji antara pilihan kecintaan terhadap adik dan kecintaan terhadap putra tersayang dengan tujuan utama Baratayuda yaitu memenangkan peperangan secara total.
Bima merupakan karakter wayang yang sangat unik, rela ikut menderita karena kekalahan kakaknya bermain judi, rela mengorbankan sang putra demi adik dan tujuan bersama, tidak memandang orang dari perbedaan tetapi melihat itu sebagai keindahan dan tidak menonjolkan diri dalam fungsinya dikeluarga sebagai anak kedua tetapi menyediakan diri sebagai pelindung semua, berani mengatakan "Yang benar dan Yang salah" secara blak-blakan, masih adakah sifat seperti Bima didalam diri pemimpin negara kita? .. berkata sebenarnya walau itu kadang menyakitkan bagi pendengarnya dan mungkin bagi dirinya sendiri.
No comments:
Post a Comment